SUSTAINABLE DEVELOPMENT
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Implementasi Pada Bangunan Dengan Fungsi Rumah dan Perkantoran
Implementasi Pada Bangunan Dengan Fungsi Rumah dan Perkantoran
A. Pengertian Sustainable Development
Pengertian sustainable development atau pembangunan berkelanjutan menurut beberapa sumber antara lain :
1. Menurut Brundtland dari PBB (1987), sustainable development adalah suatu proses pembangunan baik itu berupa lahan, kota, bisnis, masyarakat dan sebagainya, yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Dalam mencapai pembangunan berkelanjutan terdapat salah satu factor yang harus dihadapi yaitu bagaimana memperbaki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan social.
2. Berdasarkan laporan PBB, KTT Dunia 2005. Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat.
3. Dalam majalah Sustainable Construction dijelaskan, sustainable evelopmentmencakup semua segi kehidupan, mulai dari kebijakan politik pemerintah, strategi bisnis, sampai gaya hidup, tidak hanya permulaan tapi juga proses dan hasil akhir. Dimana pembangunan berkelanjutan bersifat kompleks dan harus menerapkan system interdisipliner.
4. Menurut Emil Salim, Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam, sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.
5. Menurut Sofyan Effendi : Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber dayanya, arah invesinya, orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat meperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara konsepsual, pembangunan diartikan sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kepentingan mereka.
B. Teori Dasar Sustainable Development atau Pembangunan Berkelanjutan
Ide pokok atau teori dasar pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim antara lain :
1. Proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus menerus ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut.
2. Sumber alam baik itu udara, air dan tanah memiliki ambang batas dalam penggunaannya sehingga berpengaruh pada kualitas dan kuantitasnya. Hal ini dimaksudkan berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya manusia.
3. Kualitas lingkungan berhubungan langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup.
4. Pembangunan berkelanjutan mengandalkan solidaritas transgenerasi yang memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kesejahteraan untuk generasi masa depan.
C. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Pada Bangunan Rumah dan Perkantoran
Dalam mendesain bangunan berkelanjutan atau sustainable building harus memperhatikan tiga indkator yaitu indikator sosial, ekonomi dan lingkungan. Dan pada kenyataannya penerapan pembangunan berkelanjutan, dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu untuk mengukur dalam memberi penilaian dari masing-masing kriteria. Beberapa kriteria tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah.
1. Kenyamanan Pengguna bangunan, pendayagunaan komponen lokal demi memajukan pendapatan lokal atau daerah setempat, penggunaan air.
2. Akses dalam bangunan, efsiensi bangunan, penggunaan energi.
3. Kemudahan akses menuju lokasi bangunan, fleksibilitas dalam tata ruang dalam dan luar bangunan, pegolahan limbah.
4. Partisipasi dan control, biaya-biaya yang keluar sejak proyek bangunan akan dimulai, pemilihan material dan komponen bahan.
5. Segala hal yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan keselamatan, alokasi total dana yang dipakai untuk membangun dan situasi site.
Dalam penilaiannya dua objek yang digunakan sebagai contoh yaitu Sharon’s House dan Gedung Perkantoran Wonokoyo menggunakan alat pengukuran yaitu SCAT (Sustainable Construction Assesment Tools) dengan penilaian pada indikator sosial, ekonomi dan lingkungan sesuai dengan tabel diatas. Kedua studi objek ini diperoleh berdasarkan workshop Sustainable Construction, kerjasama antara Rumah Ide dengan PT. Holcim Indonesia. Penjelasan kedua objek tersebut antara lain :
a. Sharon’s House
Sharon’s House merupakan salah satu bangunan rumah tinggal yang teretak di daerah Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan penilaian dari SCAT bangunan ini masuk kedalam kategori bangunan berkelanjutan.
• Dintinjau dari nilai sosial, bangunan ini telah memenuhi standar kenyamanan dari penghuni, penggunaan pencahayaan alami secara optimal, ventilasi yang baik serta memenuhi kenyamanan termal. Bangunan ini jauh dari kebisingan serta lokasi bangunan yang mudah diakses angkutan umum.
• Ditinjau dari nilai ekonomi, nilai keberlanjutan bangunan ini bisa dilihat dengan pemanfaatan material bangunannya yaitu dengan memanfaatkan material yang serba lokal. Misalnya pemakaian kayu kelapa untuk strukturnya, tegel lantai dan penggunaan genteng lokal.
• Ditinjau dari nilai lingkungan, lahan yang digunakan dalam pembuatan rumah ini merupakan rumah lama yang kondisinya sudah tidak layak. Namun beberapa dinding masih tetap dipergunakan kembali. Adanya kondisi ruang luar yang tetap alami, pohon-pohon yang ada tetap dibiarkan tumbuh dan sekaligus sebagai filter cahaya.
Penilaian Sharon’s House sesuai dengan SCAT (Sustainable Construction Assessment Tools) berdasarkan kriteria social, ekonomi dan lingukungan. Berdasarkan tiga kriteria tersebut Sharon’s House termasuk kedalam bangunan berkelanjutan. Dengan nilai dari masing-masing kriteria antara lain : kriteria sosial 4.0, kriteria ekonomi 4.4, dan nilai lingkungan dengan jumlah 3.5. Nilai secara keseluruhan adalah 3.9, dan bangunan ini dikategorikan sebagai bangunan yang telah memenuhi standar pembangunan berkelanjutan.
b. Wonokoyo Building
Contoh bangunan kedua adalah bangunan dengan fungsi sebagai perkantoran yang berlokasi di Surabaya. Bangunan Wonokoyo ini merupakan salah satu bangunan yang dikategorikan sebagai gedung hemat energi di Indonesia. Beberapa kategori yang bisa dilihat dari masing-masing nilai sustainable construction antara lain :
• Dilihat dari nilai sosial. Pada sumber yang diperoleh sangat sedikit membahas tentang psikologis dari pemakai bangunan. Namun, secara umum bangunan ini telah memenuhi criteria kenyamanan termal karena telah memperhatikan bukaan serta sudah mampu memasukkan cahaya matahari ke dalam gedung sehingga penerangan untuk siang hari tidak diperlukan. Tidak hanya itu penggunaan jendela-jendela juga memungkinkan pemakai bangunan untuk memperoleh udara luar. Lokasi bangunan ini terletak di daerah strategis sehingga memudahkan pengguna sekaligus orang umum untuk mencapai gedung dengan transportasi publik.
• Nilai ekonomi. Sebagian besar komponen dan material yang digunakan merupakan produk lokal. Efisiensi bangunan termasuk kategori bangunan dengan tingkat efisiensi cukup tinggi dimana dilakukan denganmengalokasikan satu lantai untuk satu divisi. Banguna ini terkesan fleksibel, tidak menggunakan partisi permanen, memanfaatkan partisi yang bisa dibongkar sehingga memudahkan untuk difungsikan dengan kebutuhan yang lainnya. Dari segi perawatannya, pembersihan kaca banguna dilakukan gondola yang memakai rel.
• Nilai lingkungan. Efisiensi energi dicapai melalui pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerang alami pada jam-jam kerja. Namun tetap menggunakan lampu pada saat cuaca mendung. Namun bangunan ini juga memanfaatkan penghawaan buatan yaitu dengan menggunakan AC, dan pada saat jam tertentu AC ini akan mati secara otomatis. Gedung perkantoran ini menghadap ke arah selatan sehingga paparan cahaya matahari tidak tidak langsung masuk ke dalam bangunan.
Hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan SCAT terhadap bangunan Wonokoyo, antara lain : nilai sosial 4.7, nilai ekonomi dengan nilai 4.4, dan nilai lingkungan dengan nilai 3.0. Dan bangunan ini diklasifikasikan sebagai bangunan berkelanjutan dan telah sesuai dengan syarat atau ketentuan sustainable building.
D. Kesimpulan
Dari penjelasan tentang Sustainable Development beserta dengan contoh diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memperhatikan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Dengan memperimbangkan kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dimana secara keseluruhan Sustainable development merupakan suatu ilmu interdisiplener yang sangat kompleks dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga terjadi keharmonisan dan keserasian antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia.
2. Sustainable development ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan dan manusia dari generasi ke generasi selanjutnya. Kemampuan sumber daya alam berupa kualitas dan kuantitasnya berpengaruh pada pembangunan berkelanjutan terkait dengan keserasian dengan alam dan manusia.
3. Pembangunan berkelanjutan memperhatikan kesejahteraan generasi saat ini tanpa mengurangi kesejahteraan untuk generasi masa depan.
4. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui suatu bangunan termausk kategori bangunan bekelanjutan ataupun tidak dapat diketahui dari tiga indikator yaitu indikator sosial yang terdiri dari kenyamanan pengguna bangunan, akses dalam bangunan dan menuju lokasi bangunan, partisipasi dan kontrol serta segala hal yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan dan keselamatan. Indikator yang kedua adalah indicator ekonomi yaitu terdiri dari pendayagunaan komponen lokal, efisiensi bangunan, fleksibilitas tata ruang dalam dan luar bangunan, biaya proyek, dan alokasi dana yang dipakai untuk membangun. Dan yang ketiga adalah indikator lingkungan yaitu penggunaan air, energi, pengolahan limbah, pemilihan material dan bahan serta situasi site.
5. Pembangunan berkelanjutan bisa diterapkan pada desain bangunan dengan tetap memperhatikan kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini dibuktikan pada dua bangunan yaitu Sharon’s House dan Wonokoyo buildings, kedua bangunan ini merupakan bangunan yang telah lolos dalam perhitungan SCAT (Sustainable Construction Assessment Tools), yang dipergunakan untuk mengetahui apakah suatu bangunan termasuk bangunan berkelanjutan atau tidak.
E. Referensi
Abdurrahman, (2003), Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Sumber daya Alam Indonesia. Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII.
Akmal Imelda Studio Architecture, (2007), Sustainable Constuction, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Eric T. Clark. The Manifestation of Sustainable Architecture in Urban Zambia. Paper seminar
Suryandari Putri, Kebutuhan Pengembangan Material Substitusi di Bidang Perumahan dan Pemukiman di Indonesia yang Berkelanjutan. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur Jakarta.